Beranda Banyuasin Modernisasi Alat Pertanian, Kementan Ubah Lahan Rawa Jadi Sawah

Modernisasi Alat Pertanian, Kementan Ubah Lahan Rawa Jadi Sawah

REHAT – Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman dijadwalkan meninjau lahan rawa pasang surut di Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sulawesi Selatan (Sumsel), Kamis (6/12).

Dalam kunjungannya Mentan akan melihat potensi lahan rawa yg dimiliki Sumsel yg berpotensi untuk ditingkatkan produksinya. Luas proyek pilot lahan rawa pasang surut di Muara Telang, Banyuasin mencapai 25 ribu hektar. Tersebar di 16 desa, yang dikelompokkan dalam 4 korporasi. Sementara lahan rawa pasang surut di Kabupaten Banyuasin semua 161 ribu hektar lebih.

Dari luasan lahan ini, produksi padi Muara Telang sebanyak 212 ribu ton lebih, sedangkan jagung sekitar 3.700 ton.

“Kita lakukan optimasi lahan pasang surut di sini. Dengan teknologi yang mengatur sistem pengairan. Harapannya produktivitas akan lebih meningkat lagi. Sehingga nilai ekonominya tinggi”, ujar Menteri Amran.

Lahan rawa pasang surut Banyuasin, merupakan salah satu potensi rawa yang dimanfaatkan Kementan sebagai lahan pertanian dalam program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi). Pada tahap awal ada 550 ribu hektar lahan rawa di enam Provinsi. Yakni Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Jambi dan Lampung.

Catatan Pusdata Daerah Rawa dan Pasang Surut, Indonesia memiliki potensi lahan rawa 33,4 juta ha yang terdiri atas lahan pasang surut 20,1 juta ha dan rawa lebak 13,3 juta ha. Dari jumlah tersebut, diperkirakan seluas 9,3 juta ha sesuai untuk pengembangan kawasan.

Proyek pilot yang pertama kali diekspos ke publik ada di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan seluas 4.000 ha. Ketika itu Menteri Amran mengenalkannya tepat pada peringatan Hari Pangan Se-dunia ke-38.

Optimasi lahan rawa dilaksanakan melalui tata kelola air dan lahan, seperti kegiatan rehabilitasi dan atau penyempurnaan infrastruktur pintu air irigasi, penguatan pematang, tanggul, drainase, tabat, surjan dan lainnya. Penerapan teknologi budidaya tanaman ini disesuaikan dengan tipologi lahan. “Semuanya dikelola modern,” ucapnya.

Amran tidak ingin pengelolaan lahan rawa biasa-biasa saja. Karena itu dalam pengelolaannya proyek optimalisasi lahan rawa ini akan membangun koperasi yang terkorporasi, sehingga lebih profesional. “Nantinya bisnis model korporasi berbasis usaha tani padi ini terdiri dari direktur utama, manajer, supervisor dan staf,” terangnya.

Sementara itu, Gubernur Sumsel H Herman Deru mengharapkan pembangunan di sektor pertanian mampu menekan angka kemiskinan Sumsel yang masih diatas angka kemiskinan nasional yakni 13 persen. Deru mengatakan sektor pertanian memberikan kesempatan bagi warga Sumsel untuk memiliki pekerjaan dan pendapatan.

“Saya optimis, sektor pertanian bisa mengurangi angka kemiskinan di Sumsel yang masih di angka 13 persen. Jauh diatas angka nasional yang mencapai 9 persen. Jika digarap serius, sektor ini bisa menekan angka kemiskinan,” ujar Deru.

Deru mengatakan pemanfaatan lahan rawa sebagai lahan pertanian sangat potensi diterapkan di Sumsel. Sebab, luas lahan rawa di Sumsel mencapai 1,4 juta hektar. Sehingga, jika dimanfaatkan keseluruhannya bisa menghasilkan jutaan ton beras serta menyerap jutaan tenaga kerja.

“Kami akan mendorong melalui Perda alih fungsi lahan pertanian. Dimana, tidak boleh ada alih fungsi tanpa tujuan yang jelas. Saya sudah terapkan itu saat menjadi Bupati OKU Timur dan terbukti bisa mempertahankan produksi pertanian,” pungkasnya. (JAY)