REHAT – Peringatan Hari Guru Nasional 2018 menjadi momen istimewa bagi para guru honorer dan guru tidak tetap (GTT) di Kabupaten Musi Banyuasin. Sebab, ditahun 2019, gaji guru honerer dan GTT mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Sebelumnya gaji para guru honorer dan GTT ini sebesar Rp 1 juta per bulan. Nantinya di tahun depan gaji honorer menjadi sebesar Rp1,8 juta per bulan, sedangkan gaji GTT menjadi sebesar Rp1,5 juta per bulan.
“Kesejahteraan para guru inibterus kita perhatikan, khusus untuk guru honorer dan GTT honornya mengalami peningkatan, ada yang sampai 80%,” ujar Bupati Muba Dodi Reza Alex Noerdin, saat dibincangi usai menghadiri acara Peringatan HGN 2018 dan HUT PGRI ke-73, di Oop Room Pemkab Muba, Jumat (30/11).
Disinggung mengenai sering adanya potongan terhadap gaji para guru honorer dan GTT yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab, orang nomor satu di Bumi Serasan Sekate ini menegaskan hal itu tidak boleh dilakukan oleh siapapun.
“Pengawasan harus ditingkatkan, kita punya kebijakan yang mesti dilakukan. Sistem dibawah harus diawasi, jadi silahkan lapor jika ada (pemotongan), kita tindak tegas,” jelas dia.
Selain peningkatan gaji guru, sambung Dodi, pihaknya juga memastikan peningkatan kualitas guru dilakukan. Dimana berbagai program dijalankan, seperti pemberian beasiswa dan pelatihan-pelatihan.
“Sehingga menjadi guru yang bukan hanya mengajar saja, tetapi menjadi pendorong kemajuan revolusi industri 4.0. Jadi murid-murid yabg diajar para guru menjadi dapat bersaing. Kitavterus refresh dan ukur kinerja guru, sehingga guru memiliki grade yang lebih tinggi,” terang dia.
Sementara, Ketua PGRI Muba, Indra Prasad, mengatakan pihaknyabsangat menyambut baik langkah Pemkab Muba dalam meningkatkan gaji para guru honor dan GTT. Karena sangat membantu dan dapat meningkatkan kesejahteraan para pendidik anak bangsa ini.
“Kita sangat setuju sekali dengan adanya kenaikan gaji guru honorer dan GTT ini,” ucap dia.
Terkait status guru honorer, Indra menambahkan pihaknya terus menjalin komunikasi dengan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi agar dapat mengikuti seleksi.
“Ya, seperti seleksi tahun ini, banyak furu honorer yang tidak dapat ikut seleksi karena terganjal umur. Kita lakukan pendekatan dengan KemenPANRB, agar guru honorer ininpaling tidak bisa ikuti seleksi CPNS, kita PGRI selalu berupaya yang terbaik untuk guru,” tandas dia. (FIZ)