Beranda Sumsel Pemprov Sumsel Siapkan Safe House di Bandara SMB

Pemprov Sumsel Siapkan Safe House di Bandara SMB

Pekatnya kabut asap yang menyelimuti Kota Palembang dalam beberapa hari terakhir menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Bahkan  Gubernur Sumsel Herman Deru memerintahkan Sekda  Nasrun Umar langsung melakukan konferensi pers dan  menyimak  secara langsung penjelasan dari Kepala BMKG Stasiun Kenten, Nuga Putrantijo di ruang rapat sekda, Senin (14/10).

Dalam arahannya  Sekretaris Daerah Sumsel Nasrun Umar menegaskan segala upaya penanggulangan bencana karhutla telah dilakukan Pemprov. Sumsel termasuk menurunkan satuan tugas khusus untuk menangani karhutlah.

“Gubernur Sumsel sangat konsen terhadap  karhutla dan bencana asap. Hari ini saya ditugaskan langsung untuk mendengarkan secara langsung dari BMKG apa saja  penyebab kian pekatnya asap yang menyelimuti kota Palembang. Beliau sengaja  memanggil Kepala BMKG untuk dimintai penjelasannya  guna disampikan pada masyarakat melalui rekan wartawan seperti apa sesungguhnya yang terjadi,” ungkap Sekda dalam pengantarnya.

Menurutnya, Gubernur Sumsel sudah sangat reaktif menangani kasus karhutlah di Provinsi Sumsel. Melihat kondisi kabut asap yang kian pekat,  Nasrun menuturkan Pemprov Sumsel telah memperhatikan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang meningkat. “Pak gubernur  memberikan himbauan kepada masyarakat Kota Palembang untuk menggunakan masker, apabila tidak ada kegiatan yang tidak mendesak tidak usah meninggalkan rumah dan keluar kantor,” imbuhnya.

Pemprov Sumsel melalui BPBD telah membuka sejumlah titik lokasi sebagai tempat singgah bagi warga yang mengalami sesak napas terutama  yang  akan bepergian terutama di  Bandara  Sultan Mahmud Badaruddin  II Palembang. Tujuannya tidak lain  untuk mengantisipasi apabila ada warga  yang berpergian mengalami sesak napas secara mendadak.

“Masyarakat yang tiba-tiba mendadak mengalami sesak napas bisa memanfaatkan posko atau rumah singgah (safe house) yang telah dibentuk. Disana ada  tabung oksigen dan sejumlah kelengkapan  peralatan penanganan pertama untuk masyarakat. Di samping itu juga kita telah lakukan pembagian masker disejumlah ruas jalan di dalam  Kota  Palembang,” tambah Nasrun.

Pemprov Sumsel sudah cukup tanggap dalam mengatasi  bencana karhutlah,  bahkan jauh  hari dari  prediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Februari 2019, gubernur telah mengluarkan  statemen  darurat asap dan membentuk satgas khusus  sebelum terjadinya musim kemarau.

“Ini adalah bencana, upaya kita sudah maksimal  karena itu masyarakat juga kita ajak untuk  menyikapi bencana ini dengan hati yang dingin. Jangan saling salahkan  agar bencana ini segera dapat diatasi. Dan yang terpenting perbanyak berdoa agar hujan segera turun,” tandasnya.

Sementara itu Kepala BMKG Stasiun Kenten, Nuga Putrantijo dalam paparannya mengatakan, pada Senin (14/10) pagi  kabut  asap  yang menyelimuti kota Palembang memang cukup pekat jika dibanding dengan sehari sebelumnya. Namun dia menegaskan tidak ada pernyataan yang signifikan mengenai jumlah  hotspot di wilayah Sumsel.

“Penyebabnya adalah arah angin, dimana angin dominan dari arah timur dan kiriman asap dari perbatasan daerah Jambi. Kondisi suhu dipermukaan lebih dingin dari udara atas, sehingga asap yang diatas turun, itu juga yang menyebabkan asap turun ke bawah,” tegas Nuga.

Ia juga mengungkapkan, kemarau pada tahun 2019 ini lebih kering jika dibanding dengan kemarau pada  tahun 2018, oleh sebab itu  kondisi yang ada saat ini memerlukan perhatian dari semua pihak.  “Yang kami amati adalah debu/ partikulat (PM 10) indikator dari ISPU, dibeberapa tempat PM 10 meningkat yang berhak mengeluarkan kondisiudara sehat ataupun tidak sehat adalah KLHK maupun Dinkes,” pungkasnya.