REHAT – Pentingnya menangkal berita-berita hoax yang berpotensi mengganggu keutuhan NKRI membuat Gubernur Sumsel Herman Deru menyempatkan diri menghadiri Seminar Nasional Workshop Cek Fakta yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia Wilayah Sumsel, di tengah jadwalnya yang sangat padat, Kamis (22/8) siang.
Seminar yang digelar di Roca Caffe kawasan Demang Lebar Daun tersebut merupakan rangkaian dari Rapat Kerja (Raker) tahunan AMSI Sumsel.
“Bagi saya seminar ini sangat penting. Makanya meski diapit dua jadwal yang sama-sama penting hari ini saya tetap mau datang. Kenapa? Karena kita punya tugas dan tanggung jawab berbeda tapi tujuannya sama Melawan hoax untuk menuju Sumsel Maju untuk Semua. Bahkam lebih besat lagi kita harus ikut menjaga keutuhan NKRI,” tegasnya.
Menurutnya, peran media siber atau online sudah sangat akrab dan mendominasi terutama dalam menjaga keutuhan bangsa. Karena itu Ia sangat mengapresiasi seminar dan edukasi semacam ini sebagai aspek peting memproteksi masyarakat dari berita-berita hoax. Hoax merupakan ancaman yang patut diwaspada karena telah menjadi penyebab utama atas konflik di beberapa daerah.
“Hoax sangat berbahaya karena bisa saja menjurus ke fitnah. Oleh karena itu saya apresiasi sekali AMSI mengadakan seminar ini. Harapan saya acara seperti ini menjadi edukasi bagi diri jurnalis, masyarakat maupun narasumber untuk tidak mudah terpengaruh pemberitaan-pemberitaan yang tidak ada penanggungjawabnya,” kata Herman Deru.
Edukasi yang diberikan ke masyarakat lanjut Dia harus jelas sehingga masyarakat tahu apa saja apa saja ciri-ciri hoax dan mewaspadainya. Dengan begitu masyarakat akan lebih paham mana yang hoax dan bukan. “Jangan sampai yang benar dikira hoax. Karena bisa berdampak pada pembunuhan karakter atau pembohongan publik yang dasarnya adalah fitnah,” jelasnya.
Kepada jurnalis yang hadir dalam seminar itu, Herman Deru menghimbau agar setiap menulis pemberitaan selain menggunakan hak jurnalis dan narasumner untuk berita, insan media hendaknya tetap melakukan cek dan ricek untuk menunjung kode etik jurnalistik. “Kepada pejabat publik saya ingatkan juga agar tetap konsisten dengan apa yang diucapkan. Karena terkadang banyak sekali konfirmasi yang dikeluarkan berbeda dari satu tempat ke tempat lain,” ujarnya.
Dengan adanya seminar ini, mantan Bupati OKU Timur dua periode itu berharap tidak hanya menghasilkan diskusi dan silaturahmi semata tapi rekomendasi. “Jadi ada kesimpulan dan rekomendasi untuk pemerintah atau masyarakat yang jadi narasumber,” jelasnya.
Sementara itu, Sumarjono Pimred Suara.com, yang hadir juga sebagai narasumber dalam Seminar Nasional Workshop Cek Fakta, juga mengatakan fungsi jurnalis harus benar – benar melakukan cek fakta, hal ini dikarenakan perkembangan teknologi informasi di dunia semakin deras dan itu membutuhkan filterisasi yang kuat.
Dijelaskan Sumarjono ciri pertama, berita hoax cenderung mengandung judul yang provokatif, “mengompori” yang tujuannya untuk mendorong pembaca mengklik berita itu di media sosial (Medsos). Kedua, nama situs media penyebar berita biasanya mirip dengan media besar yang sudah ada, seringkali juga dengan nama yang baru dan tidak jelas.
Ciri ketiga adalah kontennya cenderung berisi opini, tidak jelas sumber beritanya dan minim fakta, ciri keempat, lanjutnya, berita hoax seringkali menggunakan foto yang menipu. Meski itu tujuannya sebagai foto ilustrasi, namun sering tidak relevan atau tak nyambung dengan caption dan keterangan fotonya, dan yang kelima, yakni akun itu biasanya baru dibuat, kloningan, abal-abal dan tak jelas sumbernya.