REHAT – Jumlah penyuluh pertanian di Sumsel terus mengalami penurunan. Pasalnya, perekrutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian setiap tahunnya sangat sedikit. Perekrutan yang dilakukan tidak sebanding dengan jumlah penyuluh pertanian yang pensiun. Sehingga, jumlahnya saat ini terus menyusut. Bahkan, di 2024, jumlah penyuluh pertanian di Sumsel bakal habis kalau tidak ada perekrutan baru.
Plt Kepala Dinas Pertanian Sumsel, Antoni Alam mengatakan keberadaan penyuluh pertanian cukup penting untuk mendongkrak produktifitas petani. Mereka bertugas memberikan pemahaman dan masukan kepada petani dalam peningkatan produksi pertanian.
“Kebanyakan petani kita masih petani tradisional. Pola penanaman, perawatan hingga panen masih dilakukan menggunakan cara-cara yang diwariskan turun temurun. Disinilah peran dari penyuluh pertanian. Mereka bisa memberikan pemahaman kepada petani mengenai pola produksi yang benar,” ujar Antoni saat dibincangi.
Antoni mengatakan jumlah penyuluh pertanian di Sumsel terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sebab, wewenang perekrutan penyuluh hanya bisa dilakukan oleh Kementerian Pertanian. Namun, selama ini belum pernah ada penambahan yang cukup signifikan.
“Terakhir perekrutan besar-besaran itu terjadi sekitar tahun 1983 saat tanaman padi kita diserang hama wereng. Nah, tahun selanjutnya hanya beberapa orang saja yang direkrut. Paling hanya 3-4 orang setiap tahunnya,” katanya.
Padahal, idealnya, setiap 16 kelompok tani itu memiliki 1 penyuluh. Agar bisa proses produksinya bisa dikawal dan dibimbing dengan tepat. Antoni berharap pemerintah pusat bisa menggalakkan lagi penyuluh pertanian agar produksi pertanian di Indonesia khususnya di Sumsel bisa optimal.
“Sekarang kan sudah ada skema PPPK. Nah, saya rasa bisa dimanfaatkan melalui jalur tersebut,” terangnya.
Terkait produksi padi, Pemprov Sumsel memiliki target peningkatan produksi sebesar 10 persen di 2019. “Produksi Gabah Kering Giling (GKG) tahun lalu mencapai 5,1 juta ton. Artinya target kami tahun ini bisa mencapai 5,6 juta ton,” bebernya.
Target tersebut terus dilejar melalui pengoptimalan lahan pertanian. Dijelaskan Antoni, pengoptimalan lahan pertanian saat ini sedang digarap melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) dari Kementerian Pertanian. Luas lahan yang dioptimalkan tahun ini di Sumsel mencapai 200 ribu hektar. “Jadi yang tadinya hanya 1 kali panen menjadi 2 kali panen. Dari yang 2 kali panen menjadi 3 kali panen. Lalu dari yang tadinya lahan kosong bisa digarap jadi lahan pertanian,” terangnya.
Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur Sumsel H Herman Deru berencana akan memperbanyak penyuluh pertanian. Untuk memberikan pembelajaran bagi petani agar bisa berinovasi. “Penyuluh pertanian saat ini jumlahnya sangat kurang. Karena sebagian besar sudah banyak yang pensiun atau pindah dinas. Padahal, perannya sangat penting untuk membimbing petani melakukan inovasi di bidang pertanian,” terangnya.
Deru mengatakan selain menambah jumlah penyuluh, dirinya juga akan mempersiapkam program sarjana masuk desa. Sarjana yang sudah menimba ilmu di perguruan tinggi bisa ditempatkan di desa-desa pertanian untuk membimbing petani.
“Kami akan realisasikan ini. Bekerja sama dengan perguruan tinggi. Jadi kita tidak hanya mengandalkan perekrutan dari Kementerian,” pungkasnya.