REHAT – Desa Sungai Ibul ternyata memiliki sejarah serta tradisi kuat yang secara turun temurun diwariskan oleh leluhur desa tersebut. Desa yang berada di Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) tersebut telah berdiri sejak 1950 dan diakui secara administratif sekitar tahun 1976 silam.
Terbentuknya desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 1500 jiwa tersebut pertama kali dipelopori tiga orang tokoh dari Desa Saba Petai Mangku Negara. Awalnya, ketiga tokoh desa bercocok tanam di Sungai Ibul. Majunya hasil pertanian lantas membuat penduduk lain hijrah untuk ikut bercocok tanam. Sehingga, Sungai Ibul saat itu disebut sebuah talang atau tempat behume (bercocok tanam).
Lambat laun, banyak pendatang dari desa lainnya yang ikut bermukim di kawasan Sungai Ibul. Hingga akhirnya, di tahun 1950 sejumlah tokoh masyarakat ditunjuklah menunjuk seorang Kepala Talang. Pemerintahan Talang Sungai Ibul kemudian berjalan dibawah Pesirah atau Camat dari Kabupaten Muara Enim. Pesatnya perkembangan penduduk dan pembangunan di Talang Sungai Ibul membuat Dewan Marga melalui Pesirah atau Camat pada tahun 1976 mengusulkan Sungai Ibul menjadi desa. Usulan itu lalu disetujui Bupati Muara Enim yang saat itu dijabat Sei Sohar dan hingga saat ini Desa Sungai Ibul terus berkembang. Tahun 1980, ditunjuklah Krie pertama di desa tersebut yakni Zainudin. Hingga akhirnya pada 1984, jabatan Krie berganti nama menjadi Kepala Desa hingga sekarang
Salah satu tradisi atau adat yang diwariskan secara turun temurun tokoh desa yakni menggelar sedekah bumi sebagai wujud syukur atas apa yang telah dinikmati warga setempat dalam satu tahun.
Prosesi sedekah bumi atau disebut warga setempat sedekah dusun diwarnai beberapa kegiatan sakral. Diantaranya, satu hari sebelum acara puncak, warga setempat mengorbankan seekor kerbau. Dilanjutkan dengan pembacaan surat Yasin di Masjid Al Athar yang berada di desa tersebut. Setelah itu, warga berebut air yang telah dibacakan do’a oleh tokoh adat dan ditaburi berbagai macam bunga yang disebut warga setempat Air Langir.
Kepala Desa Sungai Ibul, Maryono mengatakan tradisi sedekah bumi sudah dilaksanakan sejak pertama kali desa terbentuk. Salah satu yang menjadi khas sedekah dusun tersebut seluruh rangkaian upacara serta prosesi kegiatan dan biaya yang dikeluarkan menjadi tanggung jawab seluruh warga tanpa bantuan dari pihak manapun.
“Maknanya yakni menjalin kekompakan dan persatuan sesama warga. Karena semua persiapan dan peralatan serta biaya ditanggung renteng bersama seluruh warga. Yang wanita memasak bersama-sama dan yang pria menyiapkan segala peralatan,” ujarnya.
Sedekah bumi memang sengaja digelar di awal tahun. Walaupun kondisi perekonomian sedang sulit, namun tradisi ini tetap diselenggarakan. “Sulit atau tidak kalau ditanggung bersama pasti akan terwujud. Kekompakan inilah yang terus kami jaga,” katanya.
Maryono menambahkan tradisi tersebut akan terus dilaksanakan hingga ke generasi penerus desa. Menurut Maryono pembangunan desa terus dilakukan dan hingga akhirnya desa tersebut keluar dari ketertinggalan menuju desa berkembang.
“Keadaan ini berkat para pendiri desa serta pemimpin desa ini terdahulu. Kita terus berbenah dan membangun hingga saat ini, akses publik sudah terbuka dan kita semua berharap desa kita semakin maju menuju PALI Cemerlang Sungai Ibul Cerdas dan Bermartabat,” harapnya. (RS)