Beranda Sumsel Ikan Sumsel Diekspor ke Asia, Eropa Hingga Amerika

Ikan Sumsel Diekspor ke Asia, Eropa Hingga Amerika

Uni Eropa, Jepang dan Amerika masih menjadi pasar tujuan ekspor produk perikanan beku asal Sumsel. Data Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Palembang, ekspor produk perikanan beku Sumsel periode Januari-Juni mencapai Rp59,5 miliar dengan total barang yang dijual sebanyak 417 ton. 

Dari total ekspor tersebut, Uni Eropa menjadi pasar ekspor terbesar dengan jumlah 40 persen dari total nilai ekspor. Disusul Jepang sebanyak 30 persen dan Amerika Serikat 20 persen. Sisanya diekspor ke negara lainnya. 

Sementara untuk ikan hidup, total ekspor Sumsel di periode yang sama mencapai Rp5,42 miliar dengan jumlah barang sebanyak 129.106 ekor. Untuk ikan hidup, permintaan banyak datang dari Singapura sebanyak 60 persen dari total ekspor dan Malaysia sebanyak 40 persen. 

Kepala SKIPM Palembang, Sugeng Prayogo mengatakan total ekspor produk perikanan Sumsel mulai dari Januari-Juni mencapai Rp65,95 miliar dengan jumlah pengiriman sebanyak 212 kali pengiriman. “Rata-rata pengusaha ikan kita per bulannya melakukan pengiriman sebanyak 35 kali,” kata Sugeng saat ditemui di kantornya.

Sugeng mengatakan produk perikanan beku asal Sumsel banyak didominasi jenis udang. Negara pengekspor rata-rata memesan udang beku Sumsel lantaran kualitasnya yang cukup baik. Pemesan membutuhkan usang beku untuk mengisi restoran-restoran yang ada di negaranya.  “Selain udang, produk lainnya yang juga dominan yakni paha kodok,” ujarnya. 

Sementara untuk ikan hidup, produk yang diekspor kebanyakan jenis ikan hias asli Sumsel seperti ikan betutu, botia dan tiger fish. Potensi ikan hias untuk pasar ekspor sangat besar. Tahun lalu saja, SKIPM telah mengeluarkan sebanyak 238 sertifikasi ekspor dengan total produk yang diekspor mencapai 679.237 ekor. Ekspor ikan hias didominasi ikan Botia (Chromobotia macrachantus) sebanyak 596.939 ekor atau sekitar 87 persen dari total ekspor ikan hias. 

“Negara tujuannya Singapura dan Malaysia itu. Mereka tertarik mendatangkan ikan botia karena tidak ada di tempat mereka. Ikan Botia ini kan hanya hidup di kawasan Sumatera dan Sumsel yang paling banyak habitatnya,” bebernya. 

Sugeng mengatakan untuk produk perikanan beku atau mati, Sumsel sangat berpotensi meningkatkan ekspor. Terutama untuk produk ikan patin. Hanya saja, ikan patin yang dihasilkan petambak belum bisa masuk kualifikasi ekspor. Lantaran beratnya rata-rata hanya mencapai 4-5 ons. Sementara untuk permintaan ekspor yang dibutuhkan beratnya mencapai 7-8 ons. 

“Ikan patin ini kebutuhannya untuk daging fillet. Ekspornya itu sudah dalam bentuk fillet. Di Sumsel belum ada yang produksi daging fillet ikan patin. Makanya kebanyakan petambak mengirimnya ke Lampung. Disana sudah ada usaha filletnya. Padahal kalau dikelola dengan baik, ikan patin Sumsel bisa berpotensi untuk ekspor,” bebernya. 

Sugeng menuturkan pihaknya terus berupaya memperlancar arus ekspor ikan asal Sumsel. Caranya dengan menerapkan sistem online untuk pembuatan perizinan ekspor seluruh produk. “Baik produk beku maupun hidup pengurusannya bisa melalui online. Jadi bisa lancar pengirimannya,” pungkasnya.