FOTO
REHAT.CO.ID – Harga karet dunia mengalami penurunan. Sejak Selasa (21/8), harga karet yang semula mencapai 1,39 US Dollar per kilogram kini hanya menginjak 1,31 US Dollar per kilogram. Penurunan harga karet dunia ini tentunya berimbas ke harga karet di tingkatan petani di sejumlah wilayah di Sumsel.
REHAT.CO.ID – Harga karet dunia mengalami penurunan. Sejak Selasa (21/8), harga karet yang semula mencapai 1,39 US Dollar per kilogram kini hanya menginjak 1,31 US Dollar per kilogram. Penurunan harga karet dunia ini tentunya berimbas ke harga karet di tingkatan petani di sejumlah wilayah di Sumsel.
Seperti di Prabumulih, harga komoditas karet mingguan mencapai Rp 7 ribu. Turun dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 8 ribu. Diprediksi harga tersebit akan terus mengalami penurunan seiring melemahnya kurs rupiah terhadap dollar.
Salah seorang petani di kota Prabumulih, H Cokroaminoto mengatakan harga karet saat iki memang sedang mengalami penurunan. Kondisi tersebut merupakan imbas dari menurunnya harga karet dunia. “Harganya memang mengalami penurunan. Mungkin imbas dari melemahnya rupiah,” ujar Cokro saat dihubungi.
Cokro mengungkapkan pihaknya berharap pemerintah segera mengambil langkah yang bisa meringankan beban petani. Seperti mensubsidi harga pupuk. Sehingga, biaya yang dikeluarkan petani untuk memproduksi karet menjadi lebih ringan. “Imbasnya pendapatan petani juga bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,” katanya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, Alex K Eddy mengatakan penurunan harga karet sebenarnya telah terjadi sebelum melemahnya nilai rupiah terhadap dollar.
“Sebelum gejolak dolar memang sudah menurun. Saya kira hukum pasar internasional, banyak penawaran dibandingkan dengan permintaan. Sehingga membuat harga pasar turun” ungkapnya.
Alex mengatakan adanya isu perang dagang antara AS dan Cina juga memberikan isu negatif terhadap harga karet. “Hal ini membuat harga karet bergerak fluktuatif. Terlebih keduanya merupakan importir karet terbesar,” ucapnya.
Indonesia pun bukan lagi negara pengekspor terbesar di dunia. Produksi karet saat ini juga tengah dilakukan Thailand dan Vietnam. “Produksi karet Vietnam saat ini sedang tumbuh pesat. Hal ini juga yang memicu penurunan harga karet. Barang yang beredar lebih banyak ketimbang permintaan,” terangnya.
Dijelaskannya, pemerintah harus segera mengambil langkah diplomatis dengan negara pengekspor lainnya untuk menanggapi situasi tersebut. “Kami berharap pemerintah dapat duduk bersama agar bisa menemukan solusi untuk meningkatkan harga karet,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Sumsel, Yustianus menjelaskan penurunan harga karet lebih diakibatkan lemahnya perekonomian sejumlah negara. Sehingga serapan bahan baku karet ke negara tersebut minim. “Sementara serapan dalam negeri juga belum maksimal. Akibatnya, harga karet benar-benar tergantung terhadap permintaan dunia,” pungkasnya. (JAY)