REHAT – Pemerintah Kabupaten Muba terus berinovasi menciptakan produk berbahan dasar tanaman karet. Setelah sukses dengan inovasi aspal karetnya, Muba kini tengah mengembangkan produk keripik biji karet. Sesuai dengan namanya, Keripik ini berbahan dasar biji karet yang cukup banyak ditemukan di perkebunan karet rakyat.
Produk makanan ringan tersebut, Kamis (22/8), dipamerkan di Gelar Teknologi Tepat Guna XV tingkat Provinsi Sumsel tahun 2019 yang berpusat di Alun-alun Kota Pangkalan Balai Kabupaten Banyuasin.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Musi Banyuasin, Richard Chahyadi mengatakan keripik biji karet tersebut merupakan hasil inovasi dari masyarakat Kecamatan Babat Supat. Berangkat dari kebiasaan mengumpulkan biji karet yang banyak tersebar di kebunnya, masyarakat kemudian memanfaatkannya untuk dibuat panganan.
“Ini merupakan inovasi yang hanya ada di Kabupaten Muba dan tidak berada di tempat lain,” kata Richard saat dibincangi awak media.
Richard mengatakan pemanfaatan biji karet ini merupakan salah satu solusi bagi petani di tengah anjloknya harga getah karet. “Selama ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Harapannya inovasi ini bisa memberikan nilai tambah bagi petani karet,” ungkapnya.
Keripik biji karet tersebut saat ini memiliki dua varian rasa. Keju dan pedas. Harapannya produk ini bisa dilirik oleh sektor industri dan mendapat tempat di pasaran. “Sehingga pemanfaatan biji karet bisa maksimal dan petani karet bisa sejahtera,” bebernya.
Selain keripik biji karet, produk makanan ringan lainnya yang dikembangkan pemanfaatan biji mangrove untuk dibuat keripik. Inovasi tersebut merupakan hasil inovasi masyarakat Kecamatan Lalan.
“Khusus untuk makanan ringan biji mangrove kita sudah pamerkan sampai ke Norwegia,” terangnya.
Melalui kegiatan ini, Richard berharap, inovasi yang dimiliki setiap desa khususnya dari Kabupaten Muba bisa dipublikasikan dan dipasarkan baik dilevel daerah maupun nasional, atau bahkan sampai ke level internasional.
“Produk yang dihasilkan ini semuanya sudah sesuai dengan standar kesehatan. Bahkan sudah diuji oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),” pungkasnya.