REHAT – Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan menyebut harga karet saat ini terus mengalami anjlok dan terus turun. Terlebih, harga saat ini USD 1,3 sebelum sempat di harga USD 1,7 – USD 1,6.
“Padahal harga idealnya itu sekitar USD 1,8 untuk para petani,” ujar Ketua Gapkindo Provinsi Sumatera Selatan, Alex K Eddy di Palembang, Kamis (15/8).
Menurutnya, turunnya harga ini karena kondisi ekonomi saat ini sangat tidak baik karena perang dagang Amerika dan Cina, permintaan harga karet turun, Thailand yang sebelumnya sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, kini telah menghasilkan karet sendiri dan begitu juga Vietnam yang sedang baik.
Bukan itu saja, menurut Alex, karena produk karet yang kurang kompetitif. Dia menilai, kondisi diperparah dengan produksi yang saat ini anjlok karena penyakit gugur daun yang sangat mempengaruhi bahkan penurunan sangat signifikan.
“Kalau untuk data penurunan belum pasti berapa. Tapi, kalau di Sumatera Selatan produksi karet sudah 20 persen. Ini selain penyakit daun dan banyak lahan karet yang beralih fungsi,” ucap dia.
Dia juga menambahkan, karet saat ini menjadi kondisi yang sangat terancam bahkan bisa jadi lenyap karena kondisi yang menekan komoditi satu ini. Kondisi seperti itu, lanjut dia, pernah terjadi di Brazil. Namun kondisinya penyakit gugur daun di sana sangat ekstrim dan tidak mendapatkan penanganan yang cepat.
“Jadinya memusnahkan komoditi satu ini. Kalau lenyap itu bisa saja dan itu jadi kemungkinan terburuk yang terjadi,” kata Alex.
“Hal yang bisa dilakukan pemerintah mengantisipasi ini adalah melakukan hilirisasi sehingga terjadi penyerapan karet yang ada. Untuk saat ini, memang hilirisasi itulah jalan terbaik kalau pemerintah mampu,” pungkasnya.