REHAT – Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan terus melakukan upaya antisipasi meluasnya jumlah titik api (hot spot) yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) khususnya di kabupaten/kota yang memiliki lahan gambut mudah terbakar seperti Kabupaten Ogan Ilir, OKI, Muara Enim, Banyusian dan Musi Banyuasin.
Sebagai bentuk keseriusan dalam hal pencegahan Karhutla ini, Gubernur H Herman Deru melakukan rapat koordinasi (Rakor) bersama seluruh instansi terkait sekaligus mendengar paparan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel, Iriansyah. Bertempat di Kantor BPBD Provinsi Sumsel di Palembang, Senin (5/8).
“Total lahan gambut di Sumsel mencapai 1.270.041 hektar yang tersebar di Kabupaten Musi Rawas, Pali, Muara Enim, Muratara, Musi Banyuasin, Banyuasin dan Ogan Komering Ilir. Kondisi ini menjadikan Provinsi Sumsel siaga karhutla saat musim kemarau,” ungkap Herman Deru.
Menurutnya, maraknya terjadi karhutla di beberapa daerah di Sumsel tersebut lebih dikarenakan beberapa faktor diantaranya karena kondisi cuaca panas dan tiupan kencang. Kondisi lahan yang kering di lahan gambut menjadi rawan terbakar. Sementara prilaku masyarakat lalu lalang membuang puntung rokok juga sulit dikontrol.
“Untuk menanggulangi karhutla di Sumsel ditahun-tahun mendatang, kita bukan saja akan menganggarkan APBD untuk pemadaman, melainkan berikut dengan anggaran pencegahannya,” tambahnya.
Sementara untuk lahan yang sudah terlanjur terbakar di Kabupaten Ogan Ilir Herman Deru telah mengintruksikan Bupati Kabupaten Ogan Ilir untuk menginventarisir lahan tidak produktif milik warga agar dijadikan lahan produktif yang pembiayaannya ditanggung oleh Pemprov Sumsel.
“Kita harus mendapat informasi yang real time untuk pemadaman. Informasi akurat, infrastruktur yang kuat, SDM Siap. Besok Saya intruksikan Asisten I didampingi oleh Danrem untuk menemui Bupati Ogan Ilir, agar di inventarisir lahan yang tidak produktif milik warga, untuk kita produktifkan lahan tersebut, kita punya program Serasi,” terangnya.
Program Serasi imbuh dia akan lebih efektif dalam menjadikan Sumsel Lumbung Pangan Nasional sekaligus menekan terjadinya kebakaran disaat musim kemaru. Karena Serasi merupakan Program Selamatkan Rawa Sejahterakan petani (Serasi).
“Program serasi bertujuan agar lahan rawa bisa produkif. Untuk mengolah lahan itu, Saya minta khususnya untuk Ogan Ilir lahan-lahan terbengkalai sejak dulu, Kita bikin gerakan khusus produktifkan lahan tanpa biaya pemilik lahan,” tambahnya sebari menyebutkan lebih baik mencegah dari pada memadakamkan kebakaran harena biayanya jauh lebih mahal untuk itu dia minta keterlibatan masyarakat.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel Iriansyah dalam paparannya menyebutkan, telah terjadi peningkatan data hotspot yang cukup signifikan terpantau dari aplikasi “ Lapan Fire” dimana ditandai dengan peningkatan kejadian kebakaran khususnya di wilayah Kabupaten Ogan Ilir. “Ogan Ilir merupakan wilayah lahan rawa yang mulai mengalami kekeringan seiring masuknya puncak musim kemarau. Untuk lahan gambut seperti di OKI dan Muba saat ini masih relatif aman, walau kondisi permukaan air pada lahan gambut sudah mulai menyusut drastis,” ungkapnya.
Secara rinci Iriansyah mengatakan, data luas karhutla yang berhasil dikalkulasikan oleh tim gabungan pemadaman darat seluas 257,9 ha dengan rincian Kabupaten Ogan Ilir seluas 121,15 ha, Kabupaten Banyuasin 6 ha, Kabupaten Pali 57,75 ha, Kabupaten Lubuk Linggau 0,5 ha, Kabupaten Muba 4 ha, dan Kabupaten OKI 68,5 ha. “Lokasi kebakaran luas dan tersebar pada beberapa lokasi, sulit dijangkau dan merupakan lahan gambut apalagi kebakaran di malam hari. Kendala karhutla juga disebabkan masih ada lahan yang belum jelas status atau tidak dikelola sehingga rawan terbakar,” pungkasnya.
Usai melakukan Rakor bersama seluruh instansi terkait meninjau kesiapan peralatan pemadaman melalui udara yang disiagakan di landasan pacu Bandara Internasional Sultan Mahmud Baddarudin II Palembang.