Beranda Lahat Kopi Organik Lahat Siap Mendunia

Kopi Organik Lahat Siap Mendunia

Pakar kopi organik asal Belanda dari Programma Uitzending Manajer (PUM) Senior Expert, Bernard Gildemacher saat mengunjungi kebun kopi di Desa Sumber Karya Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten lahat

REHAT – Kopi organik Lahat ternyata mendunia. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran Bernard Gildemacher, seorang pakar kopi organik asal Belanda dari Programma Uitzending Manajer (PUM) Senior Expert yang mengunjungi kebun kopi di Kabupaten Lahat. Tepatnya di Desa Sumber Karya, Kecamatan Gumay Ulu, Lahat.

Bernard sendiri telah berkeliling dunia untuk mencicipi kopi dari berbagai negara. Ia memberikan kesan tersendiri saat meminum kopi organik Lahat jenis Robusta. Menurutnya, kopi organik Lahat cukup nikmat jika dibandingkan kopi organik asal negara lain yang dikunjunginya. Seperti Uganda, Myanmar dan Ghana

“Rasa kopinya lebih nikmat,” kata Bernard saat mencicipi kopi organik Lahat didampingi pemerhati wisata dan budaya Lahat Mario “Maryoto” Andramatik.

Diakui Bernard, kopi organik Lahat bisa saja mendunia. Hanya saja, kualitasnya harus diperbaiki agar bisa bersaing dengan kopi asal Brazil dan Kolombia. Proses penanaman dan penjemuran harus dilakukan berdasarkan standar yang diinginkan.

Sementara Suharsono, Pendamping Desa Organik sekaligus Penyuluh THL TBPP (Tenaga Harian lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian), Kementrian Pertanian mengaku melakukan pendampingan kebun kopi desa organik ini sejak 2016 lalu. Berawal dari program Nawacita Presiden untuk melalukan pendataan calon petani kebun kopi organik, kelompok tani Bhineka Tunggal Ika, Desa Sumber Karya, Kecamatan Gumay Ulu, Lahat kemudian diusulkan. Selanjutnya dilakukan pengecekan oleh pihak Badan Standarisaai Nasional guna menuju sertifikasi kopi organik. “Saat ini ada 21 petani dengan luas lahan 16,75 ha,” ujar Suharsono.

Dikatakannya, tahun 2019 akan dilakukan penilaian. Bila berhasil maka akan keluar sertifikat kopi organik.  Kebun kopi organik yang dilakukan masyarakat, diceritakannya berawal dari pemanfaatan sumber daya yang ada seperti kotoran ternak serta masalah ekonomi dimana petani tidak mampu membeli pupuk maupun racun, sejak tahun 2002 lalu. Sehingga dilakukan secara organik seperti penyiangan kebun dan lainnya.

Sejauh ini, kebun kopi desa organik telah memproduksi biji kopi untuk dijual kepasaran. Namun untuk pemesanan masih belum ramai, terutama khusus untuk petik merah kopi organik. Pihaknya sendiri berharap ketika sudah keluar sertifikasi, harga dan pasar kopi organik sudah jelas.

“Karena untuk pembinaan petik merah, cara pengeringan dan lainnya sudah diketahui petani. Hanya saja harus ada pasar yang jelas dan harga yang sesuai,” ungkapnya.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Lahat Agustia Budiman melalui Kabid Perkebunan Engkos Kosasih menambahkan bahwa untuk jumlah petani kopi Lahat ada 45505 petani dengan luas lahan 54441 ha. Produksi pertahun mencapai 398303 ton/tahun.”Untuk lahan kebun kopi yang luas diantaranya di kawasan Tanjung Sakti, mencapai 4000 ha lebih, lalu Suka Merindu, Pajar Bulan, yang mencapai hampi 4000 ha,” pungkasnya. (JAY)